Merosotnya
budaya sopan santun siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor tersebut dari
siswa, dari guru yang merupakan faktor internal ada juga faktor dari eksternal.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang lebih akrab kita
sebut TIK atau ICT, Kadang menjadi kambing hitam dalam masalah ini. Tetapi
bukan hanya TIK atau ICT yang menjadi faktor eksternal, pengaruh moderenisasi
kultur, pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat – obat terlarang juga mengambil
peranan dalam proses hilangnya sopan santun siswa terhadap guru. Dan faktor – faktor eksternal
yang mempengaruhinya yaitu :
- Pengaruh perkembangan TIK, kebebasan meng-akses informasi yang didukung oleh akses dari internet yang mudah melalui laptop, TAB, malahan dari handphone / smartphone sehingga mempengaruhi pikiran siswa.
- Moderenisasi kultur, kemudahan akses internet membuat siswa bisa melihat budaya dari negara lain. Yang secara tidak langsung mereka mengaplikasikan dikehidupan sehari – hari tanpa adanya filterisasi terhadap budaya yang diambil.
- Pergaulan bebas, merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai dengan adat istiadat Indonesia. Hal ini akan menimbulkan sifat meniru budaya barat yang cendrung bebas tanpa ada ikatan adat istiadat yang telah lama berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
- Penyalahgunaan obat – obat terlarang, sifat labil dalam diri siswa akan membuat siswa mencari – cari jati dirinya. Bila mana hal ini tidak tersalur secara positif, siswa akan terjerumus dalam kenikmatan semu obat – obat terlarang yang akan berpengaruh pada tingkah laku siswa tersebut.
- Kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah atau dilingkungan keluarga sehingga sikap orang tua yang tidak mencerminkan norma-norma kesopanan akan mudah ditiru anak.
Selain
kelima faktor eksternal diatas, masih ada satu faktor lagi yang tidak bisa kita
abaikan sebagai penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa yaitu faktor dari
guru. Berikut ulasan faktor eksternal ditinjau dari guru :
- Penampilan guru, ini sangat penting karena siswa akan menilai rapi atau kucel cara berpakaian guru, harum atau bau aroma tubuh guru tersebut, panjang atau pendek rambut guru (khusus guru laki – laki).
- Telat atau jarang masuk, dengan beban 24 jam pelajaran dan banyaknya adminitrasi yang harus dibuat oleh seorang guru ditambah lagi ada side job untuk menambah penghasilan. Akan berdampak pada performa guru tersebut sehingga sering telat dan tidak masuk.
- Pilih kasih, sifat ini yang sering tidak disadari oleh guru dan sering membanding – bandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain.
- PR dan tugas sering tidak dikoreksi, dengan mengoreksi dan memberikan nilai merupakan reward bagi siswa dimana guru telah menghargai hasil kerja keras siswa tersebut.
- Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif siswa terhadap guru.
- Suka perintah, suka memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak sepantasnya.
- Menghukum semena-mena, guru hanyalah manusia biasa dimana ada masalah diluar sekolah yang sering terbawa disekolah. Perlunya sikap profesional guru untuk membedakan masalah sekolah dengan masalah luar sekolah. Sehingga siswa tidak menjadi pelampiasan untuk masalah – masalah guru tersebut.
Dmenyatakan
bahwa “Guru yang baik ialah yang menganggap semua muridnya sebagai anak-anaknya
sendiri, yang setiap hari akan mendapat curahan kasih sayangnya. Guru yang baik
ialah yang memberikan masa depan cemerlang dengan membekali anak didiknya
dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan”. Jadi, mengajar yang baik
bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metodologi belajar saja tetapi
disertai dengan rasa kasih sayang.
Selain
faktor eksternal, ada faktor internal yang menyebabkan hilangnya sopan santun
siswa terhadap guru. Berikut adalah faktor
internal penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa :
- Posisi sosial lebih tinggi dari guru, hal ini sering terjadi bila mana sang siswa berasal dari keluarga yang terpandang atau orang tuanya merupakan pejabat. Jadi dengan posisi orang tuanya tersebut siswa seakan tidak takut pada apapun termasuk pada guru karena orangtunya pasti akan mendukung anaknya.
- Posisi ekonomi lebih baik dari guru, hal ini banyak terjadi disekolah favorit dan internasional. Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya, karena posisi ekonominya lebih baik dari gurunya. Dimana siswa kesekolah dengan kendaraan mobil, sedangkan sang guru hanya naik sepeda motor.
- Siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, pada masa sekarang pendalaman materi bukan hanya didapat dari sekolah. Bagi siswa yang serius belajar, mereka akan mencari cara untuk menperdalam materi dengan cara kursus baik melalui lembaga atau privat. Hal ini memungkinkan siswa bisa saja lebih paham dari siswa lainya. Apa lagi bila siswa itu lebih paham dari gurunya maka akan memberikan pandangan rendah terhadap guru tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar